Perjalanan ke Gresik dan Tuban

Tanggal 25 Maret hingga 5 April, merasakan kehidupan Kota Pudak (Gresik) dan Kota Bumi Wali (Tuban). Gresik, ke sana dari stasiun Gubeng bisa dengan Taxi (yang gampang), kalau memakai taxi yang tanpa argo berkisar 120-150, tergantung kemampuan menawar). Tapi kalau menggunakan taxi argo (biasanya bluebird banyak nunggu depan stasiun), itu sekitar 110-140rb. Itu Gubeng sampai salah satu hotel di Jln. Arif Rahman Hakim Gresik. Kalau dari Gresik ke Tuban bisa menggunakan bis Patas atau bis jurusan Semarang dari terminal Bunder.
Kalau di Gresik, yang menarik perhatianku adalah banyaknya warung-warung kopi dan itu banyak yang nongrong dari pagi. Sempat mikir, apakah orang-orang ini tidak bekerja, sekolah atau kuliah? Di Gresik disamping ke Makam Maulana Malik Ibrahim juga Makam Sunan Giri. Ada juga alun-alun, yang kalau ke kiri di pojok akan menuju pelabuhan Gresik. Kalau malam minggu sangat ramai (kebetulan menyaksikan gerhana bulan pas malam minggu).
Sedangkan di Tuban, ada Makam Sunan Bonang, diseberangnya ada Pantai Boom. Konon terusan yang menjorok ke lalut itu adalah tempat pendaratan para tentara, Mungkin ituu juga maka dinamakan Pantai Boom. Dan ada satu keanehan. Padahal terusan yang menjorok ke lalut, diapit oleh laut, tapi ada salah satu airnya yang tawar (katanya… karena saya gak lihat, atau merasakannya langsung). Sempat makan Becek dan belut, meskipun pulang-pulang segera mencari obat cholesterol atau ekstrak bawang putih.
Pulang dari Surabaya ke Yogya, bisa menikmati pemandangan alam yang indah. Sawah yang sedang dipanen atau sedang ditanam, dll terhampar sepanjang perjalanan.
Ah, mudah-mudahan foto-foto berikut bisa menceritakannya lebih detai.
























